Supply Alkes, Supplier Alkes Terlengkap dengan harga bersaing

Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami email:alkesritel@yahoo.com untuk informasi lanjut.

Supply Alkes, Supplier Alkes Terlengkap dengan harga bersaing

Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami email:alkesritel@yahoo.com untuk informasi lanjut.

Supply Alkes, Supplier Alkes Terlengkap dengan harga bersaing

Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami email:alkesritel@yahoo.com untuk informasi lanjut.

Supply Alkes, Supplier Alkes Terlengkap dengan harga bersaing

Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami email:alkesritel@yahoo.com untuk informasi lanjut.

Supply Alkes, Supplier Alkes Terlengkap dengan harga bersaing

Kami menyediakan supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, elektrik engineering terlengkap dengan harga sangat bersaing. Hubungi kami email:alkesritel@yahoo.com untuk informasi lanjut.

Penyedia Alat Kesehatan Terlengkap

Kami penyedia jasa supply alat kesehatan, peralatan laboratorium, medical, mechanical, elektrical, environmental engineering terlengkap dan terpercaya. Kami melayani penjualan retail dan pemesanan khusus.

Untuk informasi lanjut, hubungi kami di
no telp -,
email: alkesritel@yahoo.com
website: alkesritel.blogspot.com.

Sunday, June 9, 2013

Kemenkes: Tiap Hari 175 Orang di Indonesia Meninggal karena TB

Jakarta, Memberantas Tuberculosis (TB) atau dikenal juga dengan singkatan TBC tampaknya bukan perkara mudah bagi Kementerian Kesehatan. Meski sudah ada obatnya, korban tewas akibat penyakit ini masih terbilang tinggi.

"TB sudah ada obatnya, pemerintah sudah memberikan layanan, dokter dan rumah sakit juga ada. Tapi tiap hari 175 orang di Indonesia meninggal karena TB," kata Wakil Menteri Kesehatan Prof Ali Gufron Mukti saat ditemui di "Kick Off" Forum Stop TB Partnership Indonesia, Kamis (30/5/2013).

Banyaknya korban meninggal akibat infeksi TB membuat peringkat Indonesia masih bertahan di posisi 4 dari negara-negara lain di dunia. Di Indonesia sendiri, TB menjadi salah satu penyebab kematian paling banyak bersama dengan penyakit-penyakit lainnya.

"Ini penyebab kematian nomor 2 atau nomor 3 di Indonesia," lanjut Prof Gufron.

Prof Gufron mengakui, pemerintah tidak mungkin berjalan sendirian dalam mewujudkan Indonesia bebas TB. Dibutuhkan kemitraan atau partnership dengan pihak lain termasuk swasta dan masyarakat pada umumnya untuk bersama-sama melawan persebaran TB.

Mengenai resistensi atau kekebalan kuman TB, Prof Gufron mengakui bahwa kasusnya masih banyak dijumpai di Indonesia. Ia mengatakan, solusi untuk mengurangi kasus MDR-TB (Multi Drug Resistance Tuberculosis) adala deteksi dini dan terapi secepatnya.

TB atau dikenal juga dengan singkatan TBC merupakan infeksi paru yang menular melalui droplet atau bercak dahak yang keluar saat batuk, dan tidak menular lewat alat makan. Dengan pengobatan teratur, infeksi ini bisa disembuhkan dan dicegah penularannya.

Namun karena pengobatannya berlangsung dalam jangka panjang, tidak jarang pasien merasa bosan atau putus asa lalu berhenti alias DO (drop out). Kondisi ini memicu resistensi atau kekebalan, sehingga kuman TB menjadi lebih sulit disembuhkan.

(up/mer)



Sumber Detik



Alat Kesehatan Bandung

Tak Perlu Resah, Indonesia Masih Aman dari Virus Corona

Jakarta, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa virus jenis baru, virus corona, telah menjadi ancaman bagi seluruh dunia. Tapi masyarakat tak perlu resah karena belum ada laporan virus tersebut masuk Indonesia.

Virus jenis baru dengan nama lengkap novel coronavirus (nCoV) merupakan keluarga coronavirus, yang menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga SARS atau Severe Acute Respiratory Syndrome, serta berbagai penyakit pada hewan.


Menurut WHO, virus ini telah menginfeksi 44 orang di seluruh dunia pada pekan lalu dan 23 diantaranya meninggal dunia, yang sebagian besar berasal dari negara-negara Timur Tengah. Yang terbaru, seorang pria 65 tahun di Prancis baru-baru ini meninggal akibat infeksi virus corona setelah sebelumnya bepergian ke Dubai, seperti dilansir CNN.


"Tapi kita tidak perlu resah karena belum ada laporan virus tersebut masuk Indonesia," jelas Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, Praktisi klinis dari FKUI-RSCM, saat dihubungi detikHealth, Kamis (30/5/2013).


Kementerian Kesehatan beberapa waktu hari lalu juga menyatakan bahwa belum ditemukan kasus virus corona di Indonesia dan Asia. Namun, Indonesia terus memantau perkembangannya dan tetap melakukan upaya pencegahan.


"Sebagai kewaspadaan terhadap kemungkinan masuknya penyakit ini ke Indonesia maka kami telah membuat surat edaran ke Dinas Kesehatan dan KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan) seluruh Indonesia," tulis Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Prof Tjandra Yoga Aditama dalam emailnya kepada wartawan beberapa waktu lalu.


Meski demikian, Dr Ari menghimbau agar orang-orang yang akan melakukan perjalanan ke luar negeri agar tetap waspada, terutama untuk tujuan Timur Tengah dan Eropa.


"Untuk yang di Indonesia tidak perlu risau, tapi orang-orang yang melakukan perjalanan harus waspada, terutama yang ke negara-negara terinfeksi seperti Timur Tengah dan Eropa," pesan Dr Ari.


(mer/up)





Sumber Detik




Alat Kesehatan Bandung

3 Hal yang Membuat Rokok Bisa Bersahabat dengan Kanker

Jakarta, Bermain-main dengan maut, karena pria suka tantangan. Agaknya demikian pesan tersembunyi yang ingin disampaikan iklan rokok. Jelas, ada banyak alasan mengapa rokok bisa membunuh, tapi selalu saja ada alasan untuk membantahnya. Dari segi medis, rokok terbukti memicu kanker.

"Rokok itu secara langsung dapat memicu kanker karena 3 hal. Pertama, karena rokok itu karsinogen, jadi dia dapat memicu DNA dalam sel-sel untuk bermutasi dan menjadi kanker. Kedua, rokok itu toksik, banyak mengandung racun. Ketiga, rokok itu adiktif, jadi orang yang kecanduan sulit berhenti merokok," kata Dr. Sita Andarini, SpP(k), PhD kepada detikHealth, Kamis (30/5/2013).


Dr Sita yang merupakan staf pengajar Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI dan spesialis kanker paru di RSUP Persahabatan ini menjelaskan, ada berbagai jenis racun yang bersembunyi dalam dalam sebatang rokok. Selain terkandung tar dan nikotin, ada lebih dari 4.000 zat kimia dan 60 zat pemicu kanker.


"Pada perokok aktif, kemungkinannya untuk mengidap kanker adalah 13,6 kali lebih besar ketimbang yang non perokok. Sedangkan pada perokok pasif, kemungkinannya untuk berkembang menjadi kanker 4 kali lipat lebih besar ketimbang yang non perokok," terang dr Sita.


Oleh karena itu, merokok jelas merugikan diri sendiri dan orang lain di sekitarnya. Sudah sejak lama pula bahaya merokok ini digaungkan, namun masyarakat masih banyak yang belum menyadari atau menganggap remeh risikonya. Padahal jika dilihat secara statistik, angka kejadian kasus kanker seiring dengan laju pertambahan jumlah perokok.


"Dari data statistik kami melihat, sejak terjadinya kenaikan jumlah perokok di Indonesia, terjadi kenaikan angka kasus kanker. Berbagai penelitian tentang rokok yang dapat memicu kanker juga sudah banyak. Jadi efek langsungnya memang ada," papar dr Sita.


(pah/up)




Sumber Detik




Alat Kesehatan Bandung

Saturday, June 8, 2013

Kemenkes Ingatkan Perokok akan Risiko TBC

Jakarta, Imbauan untuk berhenti merokok selalu diserukan oleh Kementerian Kesehatan. Dalam kaitannya dengan risiko infeksi, rokok dinilai bisa menurunkan daya tahan tubuh sehingga perokok lebih rentan tertular tuberculosis (TB) alias TBC.

Wakil Menteri Kesehatan, Prof Ali Gufron Mukti mengatakan sel-sel pernapasan pada orang merokok rentan mengalami gangguan atau kerusakan. Bagi sistem ketahanan tubuh, gangguan dan kerusakan itu membuat seseorang rentan tertular infeksi apapun termasuk TB.

"Kalau berada di orang yang terinfeksi TB, itu lebih mudah kena dibandingkan orang yang tidak merokok," kata Prof Gufron saat ditemui dalam acara "Kick Off" Forum Stop TB Partnership Indonesia di Energy Bulding, Jl Jend Sudirman, Jakarta, Kamis (30/5/2013).

Prof Gufron mengaku tidak tahu persis berapa persen prevalensi penderita TB yang disebabkan oleh rokok. Namun dikatakan olehnya, berbagai penelitian ilmiah telah banyak mengaitkan risiko penularan TB dengan kebiasaan merokok baik sebagai perokok aktif maupun pasif.

"Ada penelitian memang sudah mengaitkan antara TB dengan rokok," tambahnya.

Mengenai kebijakan tentang kawasan tanpa rokok (KTR), Prof Gufron mengakui belum semua daerah punya regulasi atau peraturan yang tegas soal pembatasan aktivitas merokok. Meski begitu, pihaknya akan terus mendorong para kepala daerah untuk mewujudkan hal itu.

"Kita dorong terus karena asosiasi walikota dan bupati punya deklarasi untuk mendorong tumbuh kembangnya KTR. Kita dorong untuk memiliki regulasi pengendalian tembakau," tutup Prof Gufron.

(up/mer)



Sumber Detik



Alat Kesehatan Bandung

Rokok Membuat Angka Harapan Hidup Pasien Kanker Paru Tak Lama

Jakarta, Tak hanya membuat kecanduan, kandungan zat kimia dalam sebatang rokok bisa berakibat fatal, yaitu memicu kanker. Di kalangan perokok, kanker paru adalah penyakit yang paling mudah ditemui, sekaligus yang paling ganas. Dibanding jenis lainnya, kanker ini terbilang paling berbahaya.

"Pada kanker paru, kemungkinan bertahan hidup pasien rata-rata 6 - 9 bulan. Penyebabnya karena kebanyakan pasien datang saat penyakitnya sudah dalam stadium lanjut. Penyebab utamanya adalah rokok," kata Dr. Sita Andarini, SpP(k), PhD, spesialis paru di RSUP Persahabatan kepada detikHealth, Kamis (30/5/2013).


Pada stadium rendah, yaitu stadium I dan II, umumnya kanker paru tidak menimbulkan gejala yang berarti. Dr Sita menguraikan, penyebabnya karena di dalam paru tidak terdapat saraf untuk merasa nyeri, jadi kanker seringkali berkembang tanpa peringatan dini. Berbeda dengan kulit atau beberapa organ lain yang memunculkan rasa nyeri apabila terjadi sesuatu yang tak beres.


"Kalau masih kecil kankernya, sekitar 3 - 5 cm, pasien tidak akan merasa apa-apa. Bahkan terkadang suka tidak ketahuan dengan pemeriksaan. Kalau sudah merasa sesak napas dan batuk-batuk darah, biasanya kanker sudah mulai menyebar ke paru-parunya," jelas dr Sita.


Lebih lanjut lagi, dr Sita yang juga bertugas sebagai staf pengajar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI ini menyarankan, sebaiknya orang yang berisiko terkena kanker paru memeriksakan diri setiap setahun sekali. Deteksi dini bisa dilakukan lewat pemeriksaan foto toraks atau rontgen.


Apabila mengalami gejala batuk-batuk parah selama 2 minggu atau lebih, segera periksakan diri, terutama bagi mereka yang berisiko. Adapun yang berisiko terkena kanker paru adalah mereka yang punya kebiasaan merokok, bekerja di tempat yang berisiko terpapar karsinogen, serta berusia 40 tahun ke atas.


"Untuk tindakan preventifnya ya berhenti merokok, hindari polusi, pakai perlindungan saat bekerja di lingkungan yang berisiko, banyak berolahraga dan deteksi dini," imbuh dr Sita.


Pekerjaan yang berisiko terkena kanker paru seperti yang dimaksud dr Sita adalah pekerjaan seperti pembuat kaca karena berisiko menghirup silika, pengolahan aspal, pertambangan, serta pabrik logam. Terkadang, faktor genetik juga ikut memainkan peran.


(pah/up)





Sumber Detik




Alat Kesehatan Bandung

Kemenkes: Perokok Remaja di Indonesia Naik 12 Kali Lipat dalam 12 Tahun

Jakarta, Merokok sudah menjadi kebiasaan di kalangan masyarakat perkotaan saat ini, termasuk remaja dan anak-anak. Menurut data Kemenkes, sejak tahun 1995-2007, jumlah perokok remaja meningkat hingga 12 kali lipat.

"Sangat mengenaskan melihat data seperti ini. Generasi muda pun kini sudah mulai terpengaruh dan melakukan kebiasaan merokok," ungkap Dr Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes, Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI


Hal itu disampaikannya dalam acara seminar dan diskusi publik 'Urgensi Pelarangan Iklan Rokok dalam RUU tentang Penyiaran dan Implikasinya Terhadap Kesehatan Masyarakat' yang diadakan di Ruang GBHN Nusantara V, Gedung MPR-DPR, Jl Jend Gatot Subroto, Kamis (30/5/2013).


Menurut data Kemenkes, disampaikan oleh Dr Ekowati bahwa pada tahun 1995 jumlah perokok anak dan remaja berusia 10-14 tahun di Indonesia mencapai 71.126 orang. Angka ini kemudian meningkat 6 kali lipat menjadi 426.214 pada tahun 2007.


Padahal, anak dan remaja yang sudah mulai merokok saat usia dini memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengidap penyakit-penyakit berbahaya dan mematikan.


"Anak wajib dilindungi oleh negara karena terkait dengan hak anak untuk dapat hidup, tumbuh, dan berkembang secara optimal, seperti diatur dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 28B ayat 2," ujar Dr Sumarjati Arjoso, SKM, Ketua Kaukus Kesehatan DPR RI, dalam acara yang sama.


Untuk itu, pemerintah memiliki peran penting untuk turut serta mengendalikan penjualan rokok, termasuk di antaranya mengendalikan iklan rokok. Sebab, 77 persen remaja berpendapat bahwa iklan rokok memberikan pengaruh yang besar untuk mencoba rokok.


Selain itu, Dr Sumarjati juga menyampaikan pentingnya peran keluarga, terutama orang tua. Jika sejak kecil anak melihat salah satu orang tuanya merokok, maka saat dewasa ia cenderung akan merokok juga.


"Pengendalian rokok dalam lingkup remaja juga akan mengurangi risiko penyakit anak yang timbul akibat paparan asap rokok atau perokok pasif," imbuh Dr Ekowati.


(up/mer)




Sumber Detik




Alat Kesehatan Bandung

Friday, June 7, 2013

Cling! Dalam 50 Hari Hidung Lebih Mancung dan Wajah Lebih Kinclong

Daejeon, Korsel, Ingin punya hidung yang lebih mancung dan pipi yang lebih tirus? Tidak perlu operasi plastik untuk mendapatkannya. Sebuah klinik di Daejeon, Korea Selatan, bisa mewujudkan impian itu tanpa operasi. Hanya butuh 50 hari untuk memperbaiki penampilan Anda.

'No! Plastic Surgery! Yes! Kimbelle Therapy!' Begitulah tagline Klinik KimBelle Dermatologi. Klinik KimBelle mengklaim metode pengoreksian yang dilakukannya aman, terlebih memiliki keunggulan tidak meninggalkan bekas seperti operasi plastik.

"Ini tidak pakai operasi. Kalau operasi kan ada efek sampingnya, kalau ini tidak ada," kata dermatolog di Klinik KimBelle, Younsung Vianney Kim, M.D, PhD, di kliniknya yang berlokasi di Galleria Time World, Dunsan2-dong, Seo-gu, Daejeon, saat Daejeon Medical Famtrip dan ditulis pada Jumat (31/5/2013).

dr Kim menjelaskan dirinya tidak mengubah sama sekali bentuk wajah pasiennya, melainkan hanya mengoreksi bentuknya untuk menegaskan bentuk terbaik wajah seseorang secara alami. Caranya adalah dengan membuat jaringan baru atau mengurangi jaringan di daerah yang dianggap 'cacat'. Noda hitam di wajah, keriput, bentuk wajah yang tidak simetris, bibir yang terlalu tebal atau terlalu tipis, serta bekas luka juga bisa dikoreksi di klinik ini sehingga wajah terlihat lebih kinclong.

Laser spesial, frekuensi radio, ultrasono pneumo-SMS digunakan dalam teknik ini. dr Kim menggaris bawahi dirinya menggunakan sinthetic non-surgical dalam teknik pengoreksian yang dilakukannya.

"Tidak ada batasan umur dan jenis kelamin, aman bagi lingkungan, tidak ada luka dan tidak berbahaya," sambung dr Kim.

Menurut dia, pengoreksian ini juga tidak membutuhkan anesthesia umum dan hanya butuh waktu sekitar satu jam saja. Memang butuh waktu sekitar 50 hari untuk mendapat hasil seperti yang diinginkan, namun pasien tidak perlu datang berkali-kali ke kliniknya untuk melakukan maintenance.

"Kami berangkat dari kecantikan alami yang sudah dimiliki seseorang, bukan operasi artifisial," lanjutnya.

dr Kim menegaskan kendati pengoreksian hanya dilakukan dalam sekali kesempatan, namun hasilnya tidak akan berubah di masa depan. Artinya hidung mancung dan pipi tirus yang didapat setelah terapi tidak akan kembali ke bentuk seperti semula. Namun terapi berulang bisa saja dilakukan, dan pasien juga dapat melakukan terapi tambahan di kemudian hari jika diperlukan.

"Material dan obat yang digunakan telah disetujui penggunaannya oleh Food and Drug Administration (FDA) dan Korean Food and Drug Administration (KFDA)," jelasnya.

Apakah benar-benar tidak ada efek sampingnya? Menurut dr Kim pasien bisa mengalami erythema, yakni kondisi kulit berupa kemerahan atau ruam. Selain itu bisa juga terjadi edema, yakni pembengkakan akibat akumulasi cairan dalam jaringan-jaringan tubuh.

Bisa juga mengalami memar atau reaksi alergi. Namun secara bertahap kondisi wajah atau bagian tubuh lain yang diterapi akan semakin membaik seperti yang diinginkan secara bertahap dalam kurun 1-3 bulan. Karena itu bagi yang mengalami keluhan mengganggu butuh pengawasan dokter lebih lanjut.

"Setelah injeksi tidak ada krim atau apapun. Yang penting jaga pola hidup, juga jangan minum alkohol dalam kurun 50 hari itu," pesan dr Kim.

"Ini bukan magic tapi science," tegasnya.

Lalu berapa biayanya? Untung mengoreksi bentuk hidung, pasien harus merogoh kocek Rp 10.000.000 hingga Rp 15.000.000. Harga yang sama dipatok untuk memperbaiki kondisi pipi dan kening. Sedangkan untuk menghilangkan lingkaran hitam di mata biayanya sedikit lebih mahal yakni Rp 20.000.000-Rp 30.000.000.

Hmm, tertarik untuk memperbaiki kondisi wajah?

(vit/up)



Sumber Detik



Alat Kesehatan Bandung

Komnas PA: Iklan Pengaruhi Anak dan Remaja untuk Coba Merokok

Jakarta, Prevalensi perokok saat ini terus meningkat. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh iklan dan promosi yang gencar dilakukan oleh industri. Berdasarkan hasil survei, 93 persen anak dan remaja terpengaruh iklan di televisi.

Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) melakukan survei terhadap 10.000 anak usia SMP. Hasilnya, 93 persen melihat iklan rokok di televisi, 50 persen melihat iklan di billboard, dan 38 persen melihatnya di acara musik yang disponsori rokok. Dari hasil tersebut, data dari Kemenkes menunjukkan bahwa 77 persen anak dan remaja terpengaruh untuk mencoba rokok.


"Hasil ini sangat menyedihkan. Anak seharusnya dilindungi dan dijaga kesehatannya, sebab mereka adalah generasi penerus bangsa," imbuh Arist Merdeka Sirait, Ketua Komnas PA, dalam acara diskusi publik: 'Polemik Iklan Rokok', yang diadakan di Graha CIMB Niaga, Jl Jend Sudirman, Jakarta, yang ditulis pada Jumat (31/5/2013).


Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh pada 31 Mei besok menjadi momen di mana kesehatan anak dan remaja harus diprioritaskan. Arist memandang masih kurangnya peran pemerintah untuk membatasi iklan rokok.


"Tokoh di iklan rokok selalu digambarkan tampan, penuh percaya diri, saling gotong-royong, apapun yang positif. Inilah yang membuat anak dan remaja penasaran untuk mencoba rokok," ujar Ezki Suyanto, Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia, dalam kesempatan yang sama.


Secara psikologis, usia anak dan remaja cenderung memang sedang dalam tahap pencarian jati diri. Sehingga mereka masih mudah terpengaruh, apalagi oleh lingkungan sekitar dan media yang mereka lihat setiap hari.


"Selain itu, jika diperhatikan model iklan rokok mayoritas adalah anak remaja. Iklan rokok juga selalu membuat jargon yang 'anak muda', sehingga tentu para anak dan remaja menjadi terpengaruh," imbuh Arist.


Arist kini mengajak semua pihak untuk mau peduli dan memahami pentingnya menjaga hak anak, termasuk hak mendapatkan kesehatan dan perlindungan agar masa depannya lebih terjamin.


(up/up)





Sumber Detik




Alat Kesehatan Bandung

Kini Jantung Tiruan Bisa Dicetak dengan Printer 3D

Washington, Bayangkan jika organ tubuh manusia bisa dibuat di laboratorium, tentu tak ada lagi pasien yang harus menunggu lama untuk mendapat donor yang sesuai. Mungkin hal itu sebentar lagi menjadi kenyataan. Walau belum bisa ditransplantasi, ilmuwan sudah bisa mencetak organ tiruan.

Belum lama ini, para dokter di Children's National Medical Centre in Washington DC sudah bisa membuat jantung buatan. Bukan jantung yang sebenarnya memang, tetapi model 3 dimensi yang dibuat menggunakan mesin printer 3D yang dimanfaatkan untuk meniru organ sebenarnya.

Perangkat ini akan membuat organ tubuh dengan panduan dari gambar yang dihasilkan oleh CT scan atau ultrasound. Informasi tersebut lalu diterjemahkan menjadi lapisan plastik tipis yang ditumpuk-tumpuk sampai membentuk objek tiga dimensi yang menyerupai organ asli.

"Memegang replika jantung memungkinkan saya membuat koneksi yang tidak dimungkinkan dengan hanya melihat organ di layar komputer. Karena Anda punya masalah 3 dimensi," kata ahli jantung pediatrik di Children's National Medical Centre, Laura Olivieri, seperti dilansir Washington Post, Kamis (30/5/2013).

Dengan menggunakan printer 3-D, Olivieri dapat membuat model jantung yang menyerupai organ asli milik pasien sebelum memulai operasi. Karena anatomi jantung pasien sangat unik, model tersebut akan memungkinkan dia untuk melihat anatomi jantung dan melakukan latihan sendiri tanpa melibatkan pasien.

Untuk membantu persiapan ahli bedah yang akan melakukan operasi jantung bayi, seorang ahli robot biomedis bernama Axel Krieger dapat menciptakan model 3D menggunakan campuran plastik yang keras dan lembut. Jadi replika jantung yang dihasilkan terasa mirip yang asli.

"Kami menemukan kombinasi sempurna dari bahan-bahan yang memungkinkan Anda melakukan jahitan atau menusukkan jarum. Rasanya mirip dengan jaringan asli. Anda dapat membuat katup yang lembut, tapi jaringan di sekitarnya lebih keras, juga tulang yang sangat keras," kata Krieger

Pembuatan model 3D ini akan sangat membantu pasien yang memiliki penyakit langka atau rumit, juga bagi pasien yang akan menjalani operasi untuk menyembuhkan cacat bawaan. Apalagi untuk penyakit jantung bawaan, masalahnya sangat terkait dengan struktur organ.

"Pada tingkat tertentu, Anda dapat memprediksi fisiologinya dengan melihat anatomi pasien. Jadi kita dapat memprediksi bagaimana penyakitnya atau seberapa parahkah kondisinya. Penyakit jantung bawaan adalah salah satu aplikasi yang sempurna bagi printer 3D," kata Olivieri.

(pah/up)



Sumber Detik



Alat Kesehatan Bandung

Thursday, June 6, 2013

Ini Hitungan Kemenkes Soal Cukai Dibandingkan Pengeluaran Negara Akibat Rokok

Jakarta, Industri rokok boleh saja mengklaim kontribusinya membayar cukai untuk negara. Namun kementerian kesehatan punya perhitungan sendiri, yang menunjukkan bahwa cukai tersebut jauh lebih kecil dibanding pengeluaran negara akibat rokok.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehtan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan pendapatan negara dari cukai hanya Rp 55 triliun. Angka ini jauh lebih kecil dibanding pengeluaran makro negara yang tiap tahun mencapai Rp 254,41 triliun.

Bila dirinci, pengeluaran sebesar itu antara lain untuk memenuhi beberapa keperluan sebagai berikut:

1. Pembelian rokok itu sendiri (Rp 138 triliun)
2. Biaya perawatan medis rawat inap dan rawat jalan (Rp 2,11 triliun)
3. Kehilangan produktivitas akibat kematian prematur dan morbiditas maupun disabilitas (Rp 105,3 triliun)

Rokok dikatakan memicu kehilangan produktivitas karena menjadi faktor risiko berbagai penyakit tidak menular yang mematikan. Prof Tjandra Yoga mencontohkan di antara berbagai risiko tersebut adalah penyakit jantung koroner, kanker dan stroke.

"Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran Makro akibat rokok di Indonesia lebih besar dari cukai yang didapat Indonesia," kata Prof Tjandra Yoga dalam Focus Group Discussion (FGD) tentang Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) di Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), seperti ditulis Kamis (30/5/2013).

Sementara dalam emailnya kepada wartawan, Prof Tjandra Yoga juga mengungkapkan bahwa jumlah perokok di Indonesia saat ni menempati peringkat ke-3 terbanyak di dunia. Hanya China dan India yang mengungguli Indonesia dalam hal jumlah perokoknya.

Dilihat dari jumlahnya, diperkirakan ada lebih dari 61,4 juta perokok di Indonesia. Prevalensi berdasarkan jenis kelamin menunjukkan 67,4 peren laki-laki adalah perokok, sedangkan di kalangan perempuan angkanya 4,5 persen.

(up/mer)



Sumber Detik



Alat Kesehatan Bandung

Bepergian ke Timur Tengah? Ini Caranya Agar Tak Tertular Virus Corona

Jakarta, Virus corona kembali menghebohkan setelah baru-baru ini menginfeksi 44 orang di seluruh dunia, 23 di antaranya meninggal dunia dan sebagian besar berhubungan dengan riwayat pergi ke Timur Tengah. Lalu bagaimana upaya pencegahan bila Anda hendak melakukan perjalanan ke Timur Tengah?

Virus jenis baru dengan nama lengkap novel coronavirus (nCoV) merupakan keluarga coronavirus, yang menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga SARS atau Severe Acute Respiratory Syndrome, serta berbagai penyakit pada hewan.


Hingga saat ini, Indonesia masih dinyatakan aman dari virus mematikan tersebut. Tapi kewaspadaan tetap diperlukan, terutama bagi orang-orang yang akan bepergian ke luar negeri.


"Orang-orang yang akan melakukan perjalanan perlu waspada, terutama ke negara-negara yang terinfeksi (virus corona), seperti Timur Tengah dan Eropa," tutur Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, Praktisi klinis dari FKUI-RSCM, saat dihubungi detikHealth, Kamis (30/5/2013).


Menurut Dr Ari, yang juga pernah menjadi tim dokter petugas haji, virus corona masih tergolong baru sehingga saat ini belum ada vaksin khusus untuk mencegahnya. Sebagai upaya pencegahan, orang yang akan melakukan perjalanan ke negara-negara terinfeksi seperti Timur Tengah dan Eropa, harus menyiapkan kondisi fisik yang benar-benar prima.


Orang-orang dengan kekebalan tubuh rendah adalah yang paling rentan terinfeksi virus mematikan ini, seperti orang yang sedang sakit, lansia, anak kecil, orang yang sedang kelelahan, termasuk orang-orang yang sedang dalam perjalanan dan makan tidak teratur.


"Untuk orang yang sedang berada di daerah yang terinfeksi, sebaiknya jangan dekat-dekat dengan orang yang sakit, gunakan masker dan sering-sering cuci tangan, karena virus tersebut banyak menyebar lewat lendir, batuk dan dahak, bisa lewat tangan atau pegangan pintu," lanjut Dr Ari.


Selain itu, penting juga untuk meningkatkan kekebalan tubuh agar tidak mudah terserang virus apapun. Dr Ari menyarankan untuk memperbanyak konsumsi sayur dan buah, serta suplemen vitamin jika diperlukan.


(mer/up)





Sumber Detik




Alat Kesehatan Bandung

Wujudkan Indonesia Bebas TB, Forum Stop TB Partnership Diluncurkan

Jakarta, Tuberkulosis (TB) yang lebih akrab dikenal dengan TBC ternyata masih menjadi beban berat negara Indonesia. Untuk penyakit ini Indonesia menduduki peringkat 4 dunia.

"Karena TB masih menjadi masalah kesehatan yang tinggi, mari singsingkan lengan baju sesuai ruang lingkup masing-masing untuk berjuang untuk Indonesia bebas TB sebelum tahun 2050," ucap Arifin Panigoro Ketua Forum Stop TB Partnership Indonesia.

Hal ini disampaikannya dalam acara "Kick Off" Forum Stop TB Partnership Indonesia, pada Kamis, (30/5/2013) bertempat di Soehanna Hall-Energy Building, Sudirman Jakarta. Arifin juga mengatakan bahwa langkah meresmikan forum ini adalah langkah awal yang masih panjang tindakan ke depannya.

"Bersama dengan forum ini saya berharap bisa menjangkau Indonesia khususnya sampai ke sebelah timur Indonesia (Halmahera utara, Manokwari, dan Merauke). Karena penyakit ini juga terkait dengan masyarakat miskin," ujar Arifin.

Tak hanya langkah secara langsung ke kota-kota, forum ini juga meluncurkan website: www.stoptbindonesia.org, Facebook: Stop TB Indonesia, dan twitter: @stopTBIndonesia. Hal ini dimaksudkan agar forum ini juga mendapat dukungan dan peran serta seluruh komponen bangsa Indonesia.

Usaha seperti ini dinilai Arifin masih sangat langka. "Mari kita lihat realitasnya. TB harus didorong keluar dari Indonesia," tutupnya.

(up/up)



Sumber Detik



Alat Kesehatan Bandung

Wednesday, June 5, 2013

Bintang Sepakbola Andik Vermansyah Tak Rela Tubuhnya Dirusak Asap Rokok

Jakarta, Siapa tak kenal Andik Vermansyah, salah satu atlet tim nasional sepak bola Indonesia? Pemain bola yang sempat menjegal David Beckham dan tergabung dalam tim Persebaya Surabaya ini tidak merokok.

Ditemui dalam acara Aqua Danone Nations Cup (DNC) 2013 di Hotel Ritz Carlton Jakarta pada Kamis, (30/5/2013) Andik mengatakan untuk menjaga kebugaran dirinya ia tidak merokok. "Saya tidak suka merokok, kalau merokok bagaimana bisa kuat main bola," kata Andik.

Seperti diketahui saat ini masih saja ada beberapa atlet yang akrab dengan rokok. Menurut data terbaru terdapat 60 juta perokok di Indonesia.

Selanjutnya Andik menuturkan bahwa ia tidak rela jika sampai dirinya merokok. "Kasihan tubuh yang sudah dilatih selama ini kalau saya merokok," imbuh Andik.

Saat ini rokok masih menjadi masalah besar tak hanya bagi perokok aktif tetapi juga perokok pasif baik pria dan wanita. Sekitar 60 persen pria di Indonesia adalah perokok dan seiring dengan itu terjadi juga peningkatan jumlah perokok di kalangan anak dan remaja.

Andik Vermansyah tentu dapat menjadi contoh atlet Indonesia yang menginspirasi untuk menjaga kesehatannya dengan tidak merokok. Yuk, kita contoh Andik dengan menjaga pola hidup sehat dan bebas dari rokok.

(up/up)



Sumber Detik



Alat Kesehatan Bandung

Wakil Ketua MPR: Tragis, Sekarang Anak Kecil pun Sudah Merokok

Jakarta, Merokok sudah menjadi hal yang umum jika dilakukan oleh orang dewasa, meskipun sebenarnya tidak baik. Namun, kini tak hanya orang dewasa, anak usia 5-9 tahun pun sudah ada yang mulai merokok.

"Merokok sudah jadi kebiasaan yang sangat umum di berbagai generasi. Tragisnya, kini anak kecil pun sudah ada yang merokok," imbuh Hj Melani Leimena Suharli, Wakil Ketua MPR RI, dalam acara seminar & diskusi publik: "Urgensi Pelarangan Iklan Rokok dalam RUU tentang Penyiaran dan Implikasinya Terhadap Kesehatan Masyarakat", yang diadakan di Ruang GBHN Nusantara V, Gedung MPR-DPR, Jl Jend Gatot Subroto, seperti ditulis pada Jumat (31/5/2013).


Padahal seharusnya anak usia 5-9 tahun masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Gizi masih sangat dibutuhkan agar tubuhnya tetap sehat dan mencapai keoptimalannya.


Di dalam satu batang rokok, terdapat kurang lebih 4.000 zat kimia, 40 di antaranya termasuk dalam kategori bahan berbahaya, seperti hidrogen sianida dan amonia.


Dengan merokok, organ-organ tubuhnya tentu sudah tidak sehat lagi. Seperti kita ketahui, merokok dapat menimbulkan berbagai risiko penyakit seperti penyakit jantung, penyakit pembuluh darah, dan kanker.


Faktanya, anak-anak usia 5-9 tahun sudah mulai merokok dan bahkan peningkatan prevalensinya sangat mengkhawatirkan. Pada tahun 2001, anak usia 5-9 tahun yang sudah merokok prevalensinya adalah 0,4 persen. Sedangkan pada tahun 2010 jumlahnya meningkat menjadi 1,7 persen.


Banyaknya iklan dan promosi rokok, serta orang tua yang masih merokok di dalam rumah diakui sebagai penyebabnya. Anak pada masa tersebut cenderung masih meniru perilaku orang tua dan memiliki rasa ingin tahu yang besar.


(up/up)




Sumber Detik




Alat Kesehatan Bandung

Bahagianya, Ibu asal Utah Ini Baru Lahirkan Bayi Kembar 5

Jakarta, Baru-baru ini seorang ibu asal Utah, AS berhasil melahirkan bayi kembar lima yang sehat dengan bantuan tim dokter yang berjumlah 8 orang, termasuk satu dokter spesialis anestesi dan lusinan perawat yang bertugas memastikan kesehatan ibu dan anak-anaknya tersebut.

Kelima bayi milik pasangan Guillermina dan Fernando Garcia ini terdiri atas tiga bayi perempuan dan dua bayi laki-laki. Berat badannya berkisar antara 1-1,5 kilogram. Meski diperkirakan kelimanya masih akan tinggal di rumah sakit University of Utah, Salt Lake City selama enam minggu ke depan, namun tim dokter memprediksi jika kelima bayi itu akan tumbuh sehat.


Sang ibu, Guillermina Garcia (34) mengandung kelima bayi mungilnya itu selama 31,5 minggu atau tujuh minggu lebih pendek daripada sebagian besar persalinan bayi tunggal tapi tiga minggu lebih lama ketimbang sebagian besar ibu yang melahirkan bayi kembar lima lainnya.


"Waktu ekstra di dalam kandungan itu justru membantu paru-paru bayi-bayi tersebut agar berkembang lebih baik daripada kembar lima lainnya. Kondisi mereka semua luar biasa baik," ungkap Dr. Elizabeth O'Brien yang menangani persalinan Guillermina.


Sekedar info, ini merupakan bayi kembar lima pertama yang dilahirkan di rumah sakit tersebut. Secara umum, kurang dari 10 bayi kembar lima lahir setiap tahunnya di AS. CDC pun menghitung pada tahun 2010 saja terdapat 37 bayi yang terlahir sebagai bagian dari kembar lima.


"Kami seperti bermimpi. Luar biasa ketika kami mempunyai lima bayi sekaligus," ujar sang ayah, Fernando Garcia seperti dilansir abcnews, Kamis (30/5/2013).


Pasangan asal Utah ini mengonsumsi obat-obatan penambah kesuburan yang meningkatkan peluang mereka untuk mengalami beberapa kali persalinan. Baik Guillermina dan Fernando pun sejak awal telah mengetahui jika mereka akan memiliki bayi kembar lima, bahkan Guillermina telah berada di rumah sakit sejak awal bulan April 2013.


Kelimanya terlahir dengan operasi caesar dan muncul setiap dua menit sekali. Mereka diberi nama Esmeralda, Fatima, Marissa, Fernando dan Jordan.


"Saya sangat senang melihat mereka dan melihat kondisi mereka baik-baik saja, semuanya juga berjalan normal," tandas Guillermina dalam bahasa Spanyol.


Bayi terberat adalah Fernando dengan berat badan 1,5 kilogram, 14 ons. Namun dua bayi laki-laki tersebut masih harus menggunakan selang untuk bernapas, sedangkan ketiga bayi perempuan sudah bisa bernapas dengan sendirinya.


Dokter yang menangani Guillermina, Dr. Tracy Manuck pun menimpali bahwa sang ibu adalah orang yang sangat luar biasa dan tak pernah sekalipun mengeluh, meski mengalami tekanan darah tinggi dan gangguan medis lainnya selama masa kehamilan. Tim dokter juga memuji suaminya yang selalu siaga dan mendukung penuh kehamilan istrinya, termasuk saat istrinya berada di dalam ruang operasi.


"Namun meski rumah sakit ini belum pernah menangani persalinan bayi kembar lima sebelumnya, kami pernah menangani wanita yang melahirkan kembar tiga atau empat dan mendasarkan pengalaman itu sebagai pedoman kami untuk membantu proses persalinan kembar lima ini," kata Manuck.


Padahal kedua pasangan ini telah mempunyai satu anak perempuan berusia satu tahun bernama Julietta. Lalu bagaimana pasangan ini merawat kelima bayinya? Mereka mengaku ada keluarga yang tinggal di lingkungan yang sama dengan mereka yang akan membantu mengurus kelimanya.


Beruntung atasan Fernando juga telah berbaik hati memperbolehkannya untuk mengambil waktu cuti sebanyak yang ia butuhkan sebagai tukang las di sebuah pabrik lokal demi mengurus anak-anaknya. Keluarga ini pun telah memiliki asuransi kesehatan dan Utah Doula Association telah mempersiapkan sebuah rekening dimana orang-orang dapat mendonasikan bantuannya demi pemenuhan biaya hidup kelima bayi mungil ini.


(up/up)




Sumber Detik




Alat Kesehatan Bandung

Tuesday, June 4, 2013

Perusahaan Non-Rokok Sponsori Olahraga? Menpora: Mengapa Tidak?

Jakarta, Selama ini banyak kegiatan olahraga di Indonesia yang menggantungkan diri pada sponsor industri rokok. Soal kemungkinan sponsor non-rokok, Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo mengatakan mungkin saja.

Roy Suryo menyampaikan hal itu dalam acara Danone Nations Cup yang bertempat di The Ritz Carlton Hotel Jakarta dan ditulis pada Jumat, (31/5/2013). Roy mengatakan bahwa mengapa tidak untuk didukung perusahaan selain rokok.

"Ini bagus sekali. Saya selalu support seperti perusahaan Danone, selain itu ada perusahaan kertas Sinar Dunia juga," katanya.

Ia juga menjelaskan bahwa sudah ada beberapa pertandingan olah rahga yang tidak disponsori oleh rokok seperti di Jawa Tengah Bank Pembangunan Daerah (BPD) sudah turut serta, selain itu perusahaan makanan ringan pun telah mengambil bagian.

"Saya berharap lebih banyak lagi masuk sponsor lain," katanya.

Memang menurutnya tidak mudah untuk melakukan hal tersebut. Oleh karenanya saat ini pria berkumis ini sedang gencar-gencarnya mengajak perusahaan telekomunikasi untuk bergabung.

"Saya juga sudah mulai mengajak bicara perusahaan-perusahaan telekomunikasi. Memang tidak bisa di-cut langsung untuk perusahaan yang kurang baik untuk kesehatan," tuturnya.

Jadi, memang tidak ada yang tidak mungkin. Asalkan satu persatu perusahaan non-rokok masuk dan turut bergabung untuk mensponsori setiap pertandingan olahraga di Indonesia.

(up/up)



Sumber Detik



Alat Kesehatan Bandung

Yuk Dipantau! Kominfo Sudah Imbau Hari Ini TV dan Radio Bebas Iklan Rokok

Jakarta, Larangan iklan dan sponsor rokok menjadi tema peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2013 hari ini. Sebagai bentuk dukungan, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengimbau TV dan Radio di Indonesia untuk bebas iklan rokok.

Imbauan yang disampaikan melalui surat No. 338/M.KOMINFO/PI.03.04/05/2013 ini telah disampaikan kepada Lembaga Penyiaran Radio dan Televisi di seluruh Indonesia. Surat tersebut ditembuskan juga ke presiden dan berbagai organisasi penyiaran.

"Dalam rangka memperingati Hari Anti Tembakau Sedunia tersebut, Menteri Kominfo menghimbau kepada lembaga penyiaran radio dan televisi untuk tidak menyiarkan iklan rokok pada tanggal 31 Mei 2013," tulis Kepala Humas Kementerian Kominfo, Gatot S Dewa Broto dalam rilisnya.

Menurut Gatot, sejauh ini tidak ada komplain atau penolakan dari para pengelola media yang masuk ke Kementerian Kominfo. Karena sifatnya cuma imbauan, memang tidak ada kewajiban bagi para pengelola media untuk merespons surat tersebut.

Nemun demikian, Gatot berharap imbauan itu dipatuhi sebagai bentuk dukungan terhadap peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang ditetapkan WHO (Organisas Kesehatan Dunia) sejak 1987. Dengan alasan itu pula, Kominfo juga merilis imbauan tersebut ke publik.

"Dengan dimuat juga di situs kominfo.go.id, harapannya masyarakat ikut memantau. Mana yang mematuhi dan mana yang tidak," kata Gatot saat dihubungi detikHealth, Jumat (31/5/2013).

Peringatan hari tanpa tembakau sedunia tahun ini mengambil tema larangan iklan dan sponsor rokok yang dinilai turut mempengaruhi anak dan remaja untuk mulai merokok. Saat ini, beberapa negara termasuk Indonesia dinilai masih longgar terkait regulasi iklan rokok.

(up/up)



Sumber Detik



Alat Kesehatan Bandung

Ini Langkah Kemenkes Biar Virus Corona Tak Masuk Indonesia

Jakarta, Setelah mewabah di Timur Tengah lalu meluas hingga ke negara-negara di Eropa, virus corona mulai diwaspadai juga oleh pemerintah Indonesia. Kementerian Kesehatan mengakui, risiko masuknya virus baru tersebut ke Indonesia memang ada.

"Kemungkinan masuk ke Indonesia juga ada. Karena banyaknya mobilitas warga Indonesia ke Timur Tengah," kata Prof Gufron saat ditemui dalam acara "Kick Off" Forum Stop TB Partnership Indonesia di Energy Bulding, Jl Jend Sudirman, Jakarta, Kamis (30/5/2013).

Diakui oleh Prof Gufron, virus baru yang mirip dengan penyebab SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) ini memang belum ada vaksinnya. Namun langkah pencegahan tetap dilakukan dengan memberikan imbauan-imbauan antara lain kepada para calon jamaah haji.

Salah satu imbauan yang disampaikan adalah untuk menjaga kebugaran supaya daya tahan tubuhnya bisa menangkal risiko penularan. Vaksinasi untuk penyakit lain tetap diberikan, seperti vaksin meningitis seperti yang sudah diwajibkan selama ini.

"Bagaimana orang Indonesia agar tingkat kesehatannya, imunitasnya jadi lebih tinggi. Perilaku hidup bersih sehat ini yang kita dorong, agar tidak kelelahan dan tidak terinfeksi corona virus," tambah Prof Gufron.

Virus corona atau lengkapnya novel coronavirus (nCoV) merupakan virus yang mirip dengan penyebab SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). Tahun lalu, virus ini sempat mewabah di wilayah Timur Tengah dan sekarang mencuat lagi setelah memakan menewaskan seorang paien pria di Prancis.

(up/mer)



Sumber Detik



Alat Kesehatan Bandung

Monday, June 3, 2013

Kasihan, Tak Ikut Bakar Rokok Tapi Kena Jatah Kanker Paru

Jakarta, Bisakah Anda membayangkan bagaimana rasanya menanggung beban atas suatu hal yang tak pernah dilakukan? Misalnya pada kasus salah tangkap. Tentu menyedihkan sekali. Begitu pula nasib para perokok pasif atau secondhand smoker, ikut menanggung penyakit walau tak ikut menyalakan rokok.

Menurut data Kementerian Kesehatan, diperkirakan ada sekitar 61,4 juta perokok aktif di Indonesia. Sekitar sekitar 97 juta warga Indonesia yang tidak merokok terpaksa berisiko ikut terkena penyakit karena menghirup asap rokok. Pada anak-anak, yang terpapar asap rokok jumlahnya sekitar 43 juta. Sebanyak 11,4 juta di antaranya masih berusia 0 - 4 tahun.


"Pada perokok aktif, kemungkinannya untuk mengidap kanker adalah 13,6 kali lebih besar ketimbang yang non perokok. Sedangkan pada perokok pasif, kemungkinannya untuk berkembang menjadi kanker 4 kali lipat lebih besar ketimbang yang non perokok," kata Dr. Sita Andarini, SpP(k), PhD, spesialis paru di RSUP Persahabatan kepada detikHealth, Kamis (30/5/2013).


Asap rokok yang dibakar dan meracuni sekitar dapat terhirup oleh orang-orang di sekitarnya. Inilah yang membuat perokok pasif pada akhirnya berisiko juga terkena kanker. Dr Sita menjelaskan, ada 2 jenis asap yang dihasilkan saat seseorang membakar rokok, yaitu asap mainstream dan sidestream.


Asap mainstream adalah asap rokok yang dihisap dan dihembuskan kembali oleh perokok. Sedangkan asap sidestream adalah asap hasil pembakaran rokok. Dari segi kandungan senyawa kimia, ternyata di dalam asap sidestream konsentrasi senyawa berbahayanya lebih banyak ketimbang asap mainstream.


"Di dalam asap sidestream, partikel-partikelnya lebih kecil dan halus, sedangkan dalam asap mainstream partikel-partikelnya lebih besar. Nah, pada perokok pasif, kebanyakan yang masuk adalah partikel sidestream yang lebih kecil dan halus. Inilah yang memicu kanker. Makanya pada perokok pasif kanker parunya biasanya di daerah tepi," terang dr Sita.


Dr Sita menambahkan, selain terkandung tar dan nikotin, ada lebih dari 4000 zat kimia dan 60 zat pemicu kanker dalam sebatang rokok. Dengan partikel rokok yang lebih halus dan kecil, tak heran jika perokok pasif ikut berisiko terserang kanker paru.


(pah/up)




Sumber Detik




Alat Kesehatan Bandung

Waspada, Gejala Virus Corona Sulit Dibedakan dengan Flu Biasa

Jakarta, Sebuah virus baru mirip SARS yang disebut virus corona, baru-baru ini ditemukan pada manusia dan telah menewaskan seorang pria di Prancis. Virus ini sangat berbahaya dengan tingkat kematian tinggi. Lebih bahayanya lagi, gejala virus ini sulit dibedakan dengan flu biasa.

Virus dengan nama lengkap novel coronavirus (nCoV) merupakan keluarga coronavirus, yang menyebabkan penyakit mulai dari flu biasa hingga SARS atau Severe Acute Respiratory Syndrome, serta berbagai penyakit pada hewan.


"Ini merupakan virus turunannya SARS, disebut 'new SARS'. Virus ini berbahaya dan gejalanya susah dibedakan dari flu biasa," tutur Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, Praktisi klinis dari FKUI-RSCM, saat dihubungi detikHealth, Kamis (30/5/2013).


Menurut Dr Ari, virus corona sangat berbahaya karena dapat menular dari orang ke orang, serta tingkat mortalitasnya yang tinggi. Dan karena masih tergolong baru, hingga saat ini belum ditemukan vaksin khusus yang diperuntukkan untuk mencegah virus corona.


Yang cukup mengkhawatirkan, gejala virus ini mirip dengan flu biasa, hanya saja lebih cepat menyebar ke paru, menyebabkan infeksi saluran pernapasan bawah atau pneumonia, serta radang paru.


"Gejalanya susah dibedakan dari flu lain, seperti batuk-batuk, bersin, demam tinggi," lanjut dokter yang pernah menjadi tim dokter petugas haji.


Orang-orang dengan kekebalan tubuh rendah adalah yang paling rentan terinfeksi virus mematikan ini, seperti orang yang sedang sakit, lansia, anak kecil, orang yang sedang kelelahan, dalam perjalanan dan makan tidak teratur.


"Untuk pencegahannya, gunakan masker dan sering-sering cuci tangan karena virus tersebut banyak tersebar di lendir, batuk, dahak, tangan atau pegangan pintu," saran Dr Ari.


(mer/up)





Sumber Detik




Alat Kesehatan Bandung

Karena Rokok, Jumlah Pasien Kanker Paru Bersaing dengan TBC

Jakarta, Dulu, penyakit paru-paru yang paling diwaspadai dan membuat nama Indonesia dikenal dunia adalah tuberkulosis (TBC). Namun dengan adanya peningkatan jumlah perokok, kasus TBC dan kanker paru kini saling bersaing untuk merebut perhatian.

"Di Indonesia, di RSUP Persahabatan, memang angka kanker paru meningkat pesat dalam waktu 10 tahun ini. Jika dulu angka TB (tuberkolusis) banyak, sekarang mulai bersaing dengan kanker paru," kata Dr. Sita Andarini, SpP(k), PhD, spesialis paru di RSUP Persahabatan kepada detikHealth, Kamis (30/5/2013).


Indonesia memang tercatat sebagai negara penyumbang kasus TBC nomor 4 di dunia setelah India, China dan Afrika Selatan. Diperkirakan ada 430 ribu kasus TBC baru dan 169 orang di antaranya meninggal setiap hari.


Dr Sita yang juga bertugas sebagai staf pengajar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI ini menjelaskan, pada pasien kanker paru, angka kematiannya terhitung tinggi. Penyebabnya karena pasien baru datang ketika kanker sudah memasuki stadium lanjut, yaitu stadium III-B hingga IV.


"Pada pasien kanker paru dengan stadium III-B sampai stadium IV, itu sudah stadium lanjut, umumnya pasien hanya bisa bertahan 3 - 6 bulan. Kalau stadium I dan II masih bisa diatasi," terang dr Sita.


Peningkatan pasien kanker paru ini tak lepas dari peningkatan jumlah perokok. Data WHO tahun 2008 menyebutkan bahwa jumlah perokok aktif di Indonesia menduduki peringkat 3 terbanyak di dunia setelah China dan India. Data Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa sebanyak 67,4 persen laki-laki dan 4,5 persen perempuan Indonesia adalah perokok aktif.


Jika dihitung, diperkirakan ada sekitar 61,4 juta perokok aktif di Indonesia. Di satu sisi, sekitar 97 juta warga Indonesia yang tak merokok terpaksa ikut berisiko terkena penyakit karena menghirup asap rokok. Pada anak-anak, yang terpapar asap rokok jumlahnya sekitar 43 juta. Sebanyak 11,4 juta di antaranya masih berusia 0 - 4 tahun.


Yang menyedihkan, peningkatan jumlah perokok justru banyak dijumpai pada remaja dan anak-anak. Di antara anak-anak berusia 10 - 14 tahun, terdapat peningkatan jumlah perokok hingga 6 kali lipat dari tahun 1995 hingga 2007. Jika yang merokok di tahun 1995 ada 71.126 anak, maka di tahun 2007 jumlahnya melonjak jadi 426.214 anak.


Akibatnya, diperkirakan ada lebih dari 200.000 orang yang meninggal setiap tahun akibat penyakit yang berhubungan dengan rokok, tak terkecuali kanker paru. Penyakit ini tak hanya mengganggu kesehatan, namun juga finansial. Di tahun 2010, beban ekonomi makro akibat penggunaan tembakau mencapai Rp 245,41 Trilyun.


"Untuk kanker sendiri, angka pasien dengan kanker paru dalam 10 tahun ini meningkat 5 kali lipat," pungkas dr Sita.


(pah/up)




Sumber Detik




Alat Kesehatan Bandung

Sunday, June 2, 2013

5 Rahasia agar Tetap Sehat dan Panjang Umur

Jakarta, Sehat selalu dan panjang umur, kalimat standar yang selalu dilantunkan kepada orang yang berulang tahun. Dengan berbagai teknologi medis yang ada saat ini, target panjang umur mungkin lebih mudah tercapai. Tapi untuk sehat selalu, nampaknya perlu upaya lebih keras.

Nyatanya, rata-rata angka harapan hidup penduduk dunia mengalami peningkatan, seiring penyakit seperti stroke, diabetes, gagal jantung dan kanker yang mulai menjadi tren. Salah satu pemicunya adalah stres. Stres memicu pengeluaran senyawa kortisol yang memicu reaksi inflamasi.


Seperti dilansir Forbes, Kamis (30/5/2013), ada 5 cara yang bisa dilakukan agar stres tidak menggerus usia, yaitu:


1. Menonton Komedi
Tertawa terbahak-bahak jelas akan meredakan stres dan membuat pikiran lebih rileks. Jikalaupun tidak bisa menonton acara humor, ada banyak cara lain yang bisa dilakukan untuk melepas stres, misalnya berjalan-jalan, rekreasi atau bersenda gurau bersama teman.


2. Berpikir Layaknya Anak Kecil
Seorang anak tertawa rata-rata 300 kali sehari, sedangkan orang dewasa hanya sekitar 17 kali per hari. Salah satu hal yang dapat dilakukan orang dewasa adalah bertindak seperti anak berumur 7 tahun.


Caranya, coba pikirkan hal-hal yang terasa konyol, atau hal yang membikin bertanya-tanya heran. Mengeksplorasi dan bermain adalah cara terbaik untuk memahami perspektif anak-anak.


3. Biarkan Diri Makan Enak Sesekali
Tak ada yang meragukan bahwa makanan seperti sayur mayur dan buah-buahan adalah makanan sehat. Tapi bukan berarti sepanjang waktu harus memakan makanan yang mungkin tidak disukai.


Tak ada salahnya sesekali memakan makanan seperti kue, gorengan dan makanan berlemak lainnya. Akan lebih bijak jika menyeimbangkan makanan yang lezat dengan makanan yang bergizi.


4. Berenang, Bersepeda, Berdansa
Jangan menganggap olahraga sebagai hal yang membosankan atau menyebalkan, tapi lakukan sebaliknya. Ada beberapa jenis aktivitas fisik yang sebenarnya dapat dilakukan sambil bersenang-senang.


Kalau suka nonton bola, bisa berolahraga dengan cara main futsal. Suka nonton film action, bisa disalurkan dengan belajar kungfu atau taekwondo. Suka nonton film-film pop khas anak muda, cobalah belajar nge-dance atau belajar capoeira. Beberapa jenis olahraga kini sudah memiliki wadah atau komunitasnya masing-masing.


5. Waspada
Hal yang paling penting adalah meningkatkan kesadaran dan memperhatikan. Setiap saat, seseorang dapat memilih untuk meladeni stresnya ataupun berusaha meredakan, atau malah menghindari.


Tiap kali menghadapai situasi yang memicu stres, cobalah amati sebentar lalu perhatikan. Terkadang yoga atau meditasi membantu mengembangkan keterampilan ini.


(pah/up)





Sumber Detik




Alat Kesehatan Bandung

Fakta Penting yang Perlu Diketahui Tentang Virus Corona

Jakarta - Muncul kembali setelah beberapa waktu tidak ada laporan kasus baru, virus corona langsung menyita perhatian dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menilainya sebagai ancaman baru.

"Kami tak tahu di mana virus ini bersembunyi. Kami juga tak tahu bagaimana orang-orang bisa terinfeksi. Hingga kami dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kami tak punya apa-apa untuk mencegah serangan infeksi ini," kata Margaret Chan, direktur WHO dalam World Assembly ke-66 di Jenewa, Swiss baru-baru ini.

Lalu apa sajakah yang perlu diketahui tentang novel coronavirus (nCoV) tersebut? Berikut penjelasannya seperti dikutip dari Time.Healthland, Kamis (30/5/2013).



Sumber Detik



Alat Kesehatan Bandung

Selama 15 Tahun, Pria Ini Tak Sadar Ada Pensil di Dalam Kepalanya

Jakarta, Seorang pria di Afghanistan hidup selama 15 tahun tanpa mengetahui bahwa ada sebatang pensil bersarang di kepalanya. Beruntung otaknya tidak mengalami kerusakan yang parah. Batang pensil sepanjang 10 cm tersebut kini sudah berhasil diambil oleh dokter di Jerman.

Pria berusia 24 tahun yang tak disebutkan namanya ini awalnya mengalami sakit kepala yang parah selama bertahun-tahun. Belakangan, gejalanya makin memburuk disertai pilek yang tak kunjung sembuh dan penglihatan pada salah satu matanya memburuk.

Tak tahan dengan penyakitnya, dia memutuskan untuk mencari bantuan dokter di tahun 2011 lalu. Ternyata, hasil pemindaian tomografi komputer menemukan di dalam kepala pria tersebut bersarang pensil yang melintang dari sinus ke faring, bahkan telah melukai sebagian rongga matanya.

Terang saja para dokter kaget mendapati hal ini. Ketika ditanya, pria tersebut mengaku tidak tahu menahu bagaimana bisa ada pensil yang bisa masuk ke dalam kepalanya. Namun yang dia ingat, ketika masih kanak-kanak, dia pernah pingsan dan mengalami mimisan yang parah.

Seperti dilansir Counsel and Heal, Kamis (30/5/2013), pria tersebut lalu menjalani operasi di Aachen University Hospital di Jerman untuk mengambil pensil dari dalam kepalanya. Dalam konferensi kedokteran di Essen, Jerman, profesor Frank Hoelzle dari Aachen University mengatakan bahwa kini pria tersebut sudah pulih.

Dalam presentasinya, selain menunjukkan kasus tersebut, Prof Frank juga mengatakan bahwa tidak ada efek samping yang dialami pria Afghanistan tersebut akibat operasi dan pengobatan yang dilakukan oleh timnya.

(pah/up)



Sumber Detik



Alat Kesehatan Bandung

Saturday, June 1, 2013

Minum 3 Liter Soda Tiap Hari, Paru-paru Menggelembung Hingga Meninggal

Haworth, Inggris, Soda memang tak baik untuk kesehatan, apalagi bila diminum secara berlebihan. Gara-gara kebiasaan minum soda hingga 3 liter setiap hari, paru-paru seorang pria menggelembung hingga akhirnya meninggal dunia.

Paul Inman (30) memiliki kebiasaan yang buruk. Setiap harinya ia menenggak 3 liter soda untuk memuaskan dahaga. Tapi minum terlalu banyak soda menyebabkan paru-parunya membengkak hingga empat kali lipat berat normal. Paul pun harus meninggal dalam tidurnya.


Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kebiasaan minum Paul yang berlebihan disebabkan karena ia menderita Aspergers Syndrome.


"Saya bukan ahli patologi tapi saya membuat kesimpulan tersebut dua jam setelah ia meninggal. Saya sudah mengatakan selama ini bahwa penyebab itulah (Aspergers Syndrome) yang membuatnya minum berlebihan, benar-benar berlebihan," jelas ibu Paul, Alison Inman, yang berasal dari Bradford, West Yorks, seperti dilansir Thesun, Kamis (30/5/2013).


Paul mulai minum soda secara berlebihan sejak ia masih berusia 10 tahun. Menurut ibunya, keluarga sudah menduga bahwa kebiasaannya tersebut bisa menjadi penghancur untuk tubuhnya sendiri.


Selain minum soda, Paul juga tidak bisa berhenti menghisap rokok. Bila tidak dijaga dengan baik, ia bisa merokok 20 batang hanya dalam satu jam.


Paul tinggal di sebuah flat di Three Sisters Home Care, Haworth, di mana ia ditemukan tewas di kamar tidurnya oleh seorang petugas pada 10 Maret tahun lalu.


"Kematian Paul adalah karena minum berlebihan dengan akar kebiasaan yang berasal karena ia penderita Aspergers. Dia sudah diketahui memiliki kadar natrium rendah karena volume cairan yang ia minum," jelas Dr Deirdre McKenna, seorang patolog yang menangani kasusnya.


(mer/up)





Sumber Detik




Alat Kesehatan Bandung

Atelektasis, Paru-Paru Menciut

DokterSehat.com – Atelektasis merupakan kondisi paru-paru yang mengerut baik sebagian atau keseluruhan akibat penyumbatan saluran udara di bronkus atau bronkiolus. Bisa juga disebabkan oleh pernapasan yang sangat dangkal.


Sindroma Lobus Medialis


Sindroma lobus medialis merupakan atelektasis jangka panjang, dimana lobus media (tengah) dari paru-paru kanan mengkerut. Kondisi ini disebabkan oleh penekanan pada bronkus akibat adanya tumor atau kelenjar getah bening yang membesar. Paru-paru yang mengerut dan tersumbat bisa berkembang menjadi pneumonia yang tidak bisa sembuh total dan peradangan kronis, jaringan parut dan bronkiektasis.


Atelektasis Percepatan


Atlektasis percepatan biasanya terjadi pada pilot pesawat tempur. Penerbangan dengan kecepatan tinggi akan menutup saluran pernafasan yang kecil sehingga mengakibatkan kantong udara kecil di paru-pru atau alveoli menciut.


Mikroatelektasis Tersebar Atau Terlokalisasi


Pada kondisi ini, sistem surfaktan paru-paru terganggu. Surfaktan merupakan zat yang melapisi alveoli dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan hingga mencegah pengerutan.


Bila bayi prematur kekurangan surfaktan, mereka akan mengalami sindroma gawat pernafasan. Pada orang dewasa mikroatelektsis bisa disebabkan oleh terapi oksigen yang berlebihan, terjadinya infeksi berat dan luas (sepsis), dan faktor lain yang merusak lapisan alveoli.


Penyebab


Penyumbatan pada bronkus merupakan penyebab utama terjadinya atelektasis. Penyumbatan juga bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyebab terjadinya sumbatan bisa dikarenakan adanya tumor, gumpalan lendir, atau benda asing yang terhisap bronkus.


Saluran pernapasan yang tersumbat bisa menyebabkan udara dalam alveoli terserap ke dalam aliran darah hingga menyebabkan alveoli memadat dan menciut. Jaringan paru-paru yang mengkerut biasanya terisi dengan sel darah, lendir, serum, dan kemungkinan akan terjadi infeksi.


Faktor resiko terjadinya atelektasis:

Pembiusan (anestesia)/pembedahanTirah baring jangka panjang tanpa perubahan posisiPernafasan dangkalPenyakit paru-paru.

Gejala


Atelektasis bisa terjadi secara perlahan dan mengakibatkan sesak napas ringan. Kemungkinan penderita sindroma lobus medialis tidak mengalami gejala sama sekali, meski banyak yang menderita batuk-batuk pendek.


Gejalanya bisa berupa:

Nyeri dadaBatukGangguan pernapasan

Bila disertai infeksi, dapat terjadi demam dan peningkatan denyut jantung, kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).


Pengobatan


Tindakan pengobatan bertujuan untuk mengeluarkan dahak dari paru-paru dan mengembangkan kembali jaringan paru yang terkena.


Tindakan yang biasa dilakukan:

Mengembangkan penyumbatan dengan bronkoskopi atau prosedur lainnya.Berbaring dengan sisi paru yang sehat agar paru-paru yang terkena bisa mengembang kembali.Latihan menarik nafas dalam (spirometri insentif)Menepuk dada guna mengencerkan dahakPostural drainasePemberian antibiotik untuk semua infeksiPengobatan tumor atau keadaan lainnyaPada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu diangkat.

Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut ataupun kerusakan lainnya.




Sumber Dokter Sehat




Alat Kesehatan Bandung

Terapi Obat Dan Terapi Laser Untuk Penderita Sinusitis

DokterSehat.com – Sinusitis bisa disebabkan beberapa faktor seperti alergi, flu yang berkepanjangan, atau bahan iritan yang bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan pada ostia  hingga menyebabkan lubang drainase buntu dan mengganggu aliran udara serta cairan mukus. Cara membuang ingus yang tidak tepat juga bisa menjadi penyebab terjadinya sinusitis. Sebagian dari ingus yang seharusnya keluar malah masuk ke rongga dan susah dikeluarkan.


Pada sinusitis akut biasanya penderita mengalami selama 1-3 bulan. Sementara sinusitis kronis terjadi jika dialami lebih dari 3 bulan. Sinusitis infeksi disebabkan oleh virus, meskipun ada pula yang disebabkan bakteri. Pada sinusitis noninfeksi kebanyakan disebabkan oleh iritasi bahan kimia dan alergi. Sinusitis subakut dan kronis sering merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak mendapatkan pengobatan efektif.


Sebagian besar sinusitis sudah bisa didiagnosa hanya berdasarkan riwayat keluhan pasien serta pemeriksaan fisik, akan ditemukan adanya kemerahan dan pembengkakan pada rongga hidung, ingus yang mirip nanah, serta pembengkakan di sekitar mata dan dahi. Pemeriksaan dengan CT Scan dan MRI baru diperlukan bila sinusitis gagal disembuhkan dengan pengobatan awal. Rhinoskopi, sebuah cara untuk melihat langsung ke rongga hidung, diperlukan guna melihat lokasi sumbatan ostia. Terkadang diperlukan penyedotan cairan sinus supaya bisa dilakukan pemeriksaan kuman untuk menentukan jenis infeksi.


Terapi Obat


Sinusitis yang disebabkan oleh virus tidak perlu diberi antibiotik. Biasanya akan diberi obat anti-nyeri seperti dekongestan dan parasetamol. Sinusitis infeksi yang disebabkan oleh bakteri umumnya baru diobati dengan antibiotik. Sinusitis infeksi biasanya menunjukkan gejala nyeri pada wajah, ingus bernanah, dan gejala terjadi lebih dari seminggu.


Antibiotik yang digunakan harus sesuai dengan jenis bakteri. Jenis bakteri yang kerap menginfeksi sinus, antara lain streptococcus pneumoniae, haemophilus influenzae, moraxella catarrhalis, staphylococcus aureus, dan streptococcus pyogenes. Antibiotik yang digunakan harus bisa membunuh kelima jenis bakteri ini. Beberapa antibiotik yang bisa dikonsumsi antara lain amoxicillin, cortimoxazole, cefaclor, dan azithromycin.


Bila sinus tidak mereda dalam lima hari maka perlu diberikan amoxicillin dan asam klavulanat. Antibiotika sebaiknnya diberikan minimal 10-14 hari. Pemberian dekongestan dan mukolitik dapat melancarkan drainase cairan mukus. Pada kasus yang kronis, dapat dipertimbangkan untuk melakukan drainase cairan mukus dengan cara pembedahan.


Terapi Laser


Sinusitis juga bisa disembuhkan dengan operasi. Namun, tidak semua penderita memilih tindakan operasi untuk penyembuhan. Cara lainnya adalah dengan melakukan terapi laser atau laser infra merah. Umumnya lasr digunakan untuk operasi, namun laser yang ini digunakan untuk terapi.


Terapi dengan laser ini fungsinya untuk melancarkan peredaran darah, mengurangi pembengkakan dan membuka sumbatan akibat radang sehingga bisa mengeluarkan cairan nanah. Selain itu, sinar laser infra merah bisa mengurangi rasa nyeri dan sebagai antiradang. Terapi ini bilakukan secara berturut-turut selama 3 hari, setelah itu lakukan 1 minggu sekali sampai 10 kali terapi. Selama menjalankan terapi penderita juga harus mengonsumsi obat antibiotik.




Sumber Dokter Sehat




Alat Kesehatan Bandung

Brokoli Mampu Obati Infeksi Lambung

DokterSehat.com – Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 80 sampai 90 persen penduduk di negara-negara berkembang bisa dipastikan terinfeksi bakteri H. Pylori, yakni bakteri penyebab borok lambung yang bisa berkembang menjadi kanker lambung yang cukup mematikan. Bakteri ini umumnya terdapat pada seseorang yang mengalami iritasi atau borok di lambung.


Biasanya infeksi bisa dengan mudah diatasi dengan mengkombinasi berbagai jenis antibiotik, tapi dari beberapa kasus seperti ini sekitar 15 sampai 20 persen sulit diatasi dengan pemberian antibiotik.


Sebagaiman yang dilansir dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, Jed Fahey dan rekan-rekannya menemukan bahwa sulforaphane yang merupakan salah satu komponen dari brokoli ternyata terbukti ampuh membunuh bakteri-bakteri resisten tersebut.


Jed menyatakan bahwa selama ini sulforaphane diketahui hanya memiliki aktivitas antibakteri yang sederhana. Meski demikian, nyatanya potensi yang dimiliki terhadap H. Pylori walaupun strain-nya telah resisten dengan antibiotik-antibiotik konvensional lainnya, namun reaksi kandungan brokoli ini sangat mengejutkan dan sangat menggembirakan.


Penelitian lebih lanjut masih diperlukan guna mengetahui bahwa mengonsumsi sumber dari sulforaphane seperti brokoli mampu membunuh bakteri-bakteri tersebut. Bila temuan ini bisa diperkuat dengan penelitian-penelitian berikutnya maka bisa jadi sayur-sayuran juga bermanfat mengatasi infeksi yang disebabkan oleh H. Pylori.


Para peneliti menyatakan bahwa sampai saat ini belum bisa mengatahui pasti bagaimana sulforaphane bekerja sebagai anti infeksi. Meski demikian, uji coba yang dilakukan pada hewan telah berhasil mengungkapkan bahwa kemampuannya dalam mencegah pertumbuhan kanker adalah melalui peningkatan produksi protein-protein tertentu yang ternyata memiliki kemampuan untuk mendetoxifikasi penyebab-penyebab dari kanker tersebut.




Sumber Dokter Sehat




Alat Kesehatan Bandung